telkomsel

“Saya melihat ini seperti deja vu tahun 2003,” ujar Layton Tallwhiteman, warga Montana, mengenang serangan AS ke Baghdad saat masih kecil.

“Bush bilang waktu itu kita harus cari senjata pemusnah massal. Nyatanya, tidak pernah ditemukan. Dan sekarang Trump bicara hal yang sama—menghilangkan ancaman (nuklir Iran). Apakah kita tidak belajar dari masa lalu?” tanyanya.

Kekhawatiran akan ancaman balasan Kekhawatiran warga AS bukan tanpa dasar. Departemen Keamanan Dalam Negeri (DHS) AS dalam buletinnya memperingatkan bahwa aktor siber yang terafiliasi dengan pemerintah Iran mungkin akan melancarkan serangan ke infrastruktur penting AS, termasuk sistem perbankan dan jaringan listrik.

Bahkan, Center for Internet Security melaporkan bahwa jaringan air bersih dan limbah di AS telah disusupi. Kelompok proksi Iran di Timur Tengah juga dinilai dapat menyerang aset Amerika, meskipun kemampuannya menyerang langsung ke tanah AS masih terbatas. “Risiko serangan balasan akan meningkat jika AS menyerang Iran secara terbuka,” tulis lembaga itu dalam laporannya. Demonstrasi tuntut hentikan perang di Iran Di New York hingga Los Angeles, ratusan orang turun jalan menuntut Trump untuk menghentikan keterlibatannya dalam perang Israel-Iran. Mereka membawa poster bertuliskan “STOP THE WAR ON IRAN” atau “Hentikan perang di Iran” dan “TRUMP IS A WAR CRIMINAL” atau “Trump adalah penjahat perang.” Salah satu demonstran, Dana Cote, khawatir serangan terhadap Iran justru akan memicu aksi balasan ekstremis. “Ini membuka kotak Pandora yang tidak akan bisa kita tutup,” katanya. Sementara kelompok pendukung Trump terlihat lebih kecil, beberapa di antaranya memegang bendera Israel dan menggunakan klakson untuk menenggelamkan suara demonstran.